Wednesday, November 26, 2014

Cedera dalam Sepakbola dan Futsal

Cedera, kata ini sangat akrab di telinga kita terutama buat penggemar olahraga sepakbola dan futsal. Sering kita lihat dan dengar di lapangan saat ada kejadian benturan antar pemain, atau jatuhnya pemain yang kemudian pemain itu merintih atau berteriak  kesakitan sambil memegang bagian dari tubuhnya yang sakit, tidak lama kemudian pemain itu dihampiri oleh rekan-rekannya, setelah melihat bagian mana yang sakit salah seorang rekan mengatakan bahwa si dia mengalami cedera, ada yang bilang “ankle/engkel” ada juga yang bilang “bengkak” sampai ada yang bilang “hamstring”. Wah banyak juga istilah cedera, apaan sih itu ankle, hamstring, ACL, dll ? kalau dalam bahasa kita (Indonesia) disebut apa?.
Sebuah judgement mengenai jenis cedera ini sebenarnya tidak dapat sembarangan, yang dapat membuat pernyataan mengenai hal ini dengan pasti pastilah seorang ahlinya atau orang yang pernah mengalami cedera serupa yang gejalanya sama persis dengan apa yang pernah ia alami. Jika pernyataan jenis cedera ini salah dan yang melakukan penanganan adalah orang yang “awam”, maka akibatnya akan menjadi fatal. Kira-kira apa kita mau hobby yang kita gemari ini tidak dapat kita mainkan lagi hanya karena pernyataan dan penanganan yang salah?.
Karena ketidaktahuan kadang kita langsung pergi ke Tukang pijat/Ahli terapis tradisional untuk mengobati cedera itu, namun orang yang kita datangi ini apakah benar-benar mengerti cara pengobatan yang tepat?.
Bagaimana cedera itu bisa terjadi?, apakah murni karena salah lawan yang menjaga kita terlalu ketat hingga melakukan sliding tackle kepada kita?. Banyak sekali pertanyaan seputar cedera dan hal-hal lain di luar yang mengiringinya, mulai dari penyebab, pelanggaran, jenis, aturan, dan lain sebagainya.

Kata cedera tidak pernah jauh dari pemain sepakbola, mengingat permainan ini banyak menggunakan kerja otot tubuh dan kemungkinan berbenturan tubuh antar pemain juga sangat tinggi. Cedera dapat berdampak langsung terhadap masa depan karir dan kehidupan ekonomi keluarga dari pemain sepakbola. Cedera yang dialami pemain sepakbola biasa terjadi saat latihan maupun pertandingan, secara sengaja atau tidak sengaja, karena faktor lapangan, gerakan tubuh yang salah, berbenturan dengan pemain lain dan sebagainya. Bagian tubuh dari kepala hingga ujung kaki pemain sepakbola berpotensi mengalami cedera ringan atau berat.

Cedera atau luka menurut Wikipedia dalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Luka di sini juga dapat merujuk pada luka batin atau perasaan. Penyebab-penyebab cedera secara umum terjadi karena:
1.    Pemanasan yang kurang atau salah
2.    Gaya permaianan dan gerakan yang salah, dan
3.    Pendinginan
Tak sedikit pemain yang baru terdeteksi cedera setelah permainan usai karena benturan atau tekel-an saat di lapangan dianggap yang tidak parah. Sebenarnya cedera tidak hanya akibat benturan fisik dengan pemain lain, melainkan juga akibat terlalu memaksakan otot untuk bekerja keras sepanjang laga. Akibat paling umum dari benturan fisik adalah cedera yang sifatnya akut atau traumatic, sementara pemaksaan otot dan persendian dalam setiap pertandingan dapat memicu cedera yang sifatnya akumulatif. Menurut sebuah penelitian di California, cedera dalam olahraga sepakbola lebih banyak terjadi dalam pertandingan resmi yakni 35,3 kasus dalam 1.000 laga. Sedangkan saat latihan, cedera hanya terjadi sebanyak 2,9 kasus dalam 1.000 sesi latihan.
Dikutip dari Sportsinjurybulletin, Senin (12/7/2010) berbagai cedera yang dialami adalah:
·   Cedera ringan yang menyebabkan pemain harus absen kurang dari sepekan paling sering terjadi yakni 60,15%
·      Cedera sedang dengan durasi absen sepekan hingga sebulan sebanyak 26,17%
·      Cedera parah yang mengistirahatkan pemain lebih dari sebulan terjadi sebanyak 13,67%
Bagian tubuh yang paling rentan cedera adalah kaki, Persentasenya mencapai 77% dibandingkan lutut yang hanya 21% dan ankle atau pergelangan kaki sebesar 18%. Namun dibandingkan pada bagian tubuh lainnya, cedera lutut cenderung menyebabkan seorang pemain absen dalam jangka waktu paling lama, cedera di bagian ini juga paling sering membutuhkan operasi pembedahan untuk mengatasinya. Pada pergelangan kaki, sisi bagian luar lebih rentan terkilir dibandingkan sisi dalam maupun tengah. Kerusakan ligamen pada sisi luar juga cenderung lebih berbahaya dibandingkan pada ligamen di sisi dalam. Sementara itu, kerusakan otot paling banyak terjadi di bagian paha (groin) yakni 53%. Otot lain yang sering sobek dalam permainan sepakbola adalah hamstring (42%) dan quadriceps atau otot paha di sisi depan (5%).
Penelitian lain yang dipublikasikan dalam British Journal of Sport Medicinemengungkap, cedera paling banyak terjadi pada 15 menit awal dan 15 menit menjelang laga berakhir. Risiko di menit-menit awal merupakan akibat dari permainan keras dengan intensitas tinggi, sementara risiko menjelang laga berakhir umumnya dipicu oleh kelelahan.

Penanganan umum cedera secara medis
Penanganan cedera dengan rehabilitasi medik terbagi berdasarkan perkembangan cedera yaitu:
1. Stadium Akut, adanya pembengkakan dan nyeri akibat pembengkakan. Bertujuan untuk mengatasi pembengkakan, edema yaitu dengan immobilisasi (tidak bergerak), kompres es, obat-obatan dan terapi modalitas lain. Dapat dimulai latihan gerak yang terbatas dan hati-hati.
2.  Stadium Sub-Akut, pembengkakan berkurang. Nyeri akibat regangan jaringan ikat.
Bertujuan mengurangi perlengketan dan kontraktur yaitu dengan cara latihan gerak aktif perlahan-lahan, intensitas bertambah secara bertahap.
3. Stadium Kronik, inflamasi/pembengkakan hilang. Nyeri yang timbul di sini bukan akibat regangan jaringan ikat. Rehabilitasi di sini bertujuan untuk pemulihan dengan latihan peregangan, penguatan otot dan latihan gerak fungsi secara bertahap

Penanganan umum cedera secara tradisional
Seperti halnya dalam menangani cedera dalam olahraga secara umum, cedera yang menimpa pemain sepakbola seharusnya juga mendapatkan perawatan dan pengobatan secara medis, namun pada kenyataannya seperti yang terjadi pada beberapa kalangan dari pemain sepakbola di Indonesia, “mereka” lebih memilih menjalani pengobatan alternatif atau yang biasa disebut pengobatan tradisional, karena menurut mereka telah terbukti dan memberikan hasil yang cepat dan memuaskan. Pertimbangan memanfaatkan jasa pengobatan tradisional dalam mengobati cedera pemain sepakbola daripada praktek kedokteran dipengaruhi oleh faktor biaya operasi yang mahal, waktu pemulihan yang lama, dan kebiasaan turun-temurun yang sudah lebih dulu dipercaya.
Dapat disimpulkan bahwa pemain sepakbola menginginkan cedera tersebut dapat disembuhkan secara instan agar kembali pada kondisi semula.
Tata cara pengobatan tradisional pada dasarnya mengacu kepada mengembalikan fungsi otot kembali normal melalui teknik pemijatan dan ditunjang dengan ramuan tradisional. Tahap awal penyembuhan cedera olahraga dimulai dengan melakukan pijatan di telapak kaki sebagai titik pusat peredaran darah dan bukan pada bagian yang menderita cedera. Peranan ramuan tradisional sama sekali tidak mengandung mistis di dalamnya, melainkan memberikan pengaruh panas ke otot sehingga memperlancar peredaran darah.
Berdasarkan pengalaman salah seorang pemain sepakbola professional, yang juga pemain Tim Nasional Indonesia yaitu Ricardo Salampessy, saat ia mengalami cedera lutut parah/berat, cedera itu dapat disembuhkan dengan metode pemijatan dan ramuan tradisional dari Papua. Selama cedera Slampessy secara rutin melakukan pemijatan pada lututnya yang dikerjakan oleh ahli Terapis tradisional dan dioleskan juga ramuan yang terbuat dari jahe merah asal Papua. Proses penyembuhan cederanya berlangsung selama 3 bulan, sehingga waktu ini menjadi lebih cepat daripada jika penanganan cedera dilakuakn dengan jalan operasi yang diperkirakan memakan waktu 6 bulan penyembuhan.
Metode penyembuhan yang dilakukan oleh ahli terapis tradisional untuk setiap jenis cedera bervariasi, sebagai acuan titik pemijatan terletak pada telapak kaki kemudian bergerak ke bagian lain tubuh yang berhubungan dengan cedera. Berikut ini beberapa penjelasan mengenai cara penanganan cedera pada lutut, engkel, dan memar:
·    Cedera lutut, jika terjadi dislokasi lutut maka langkah awalnya adalah mengembalikan posisi ujung lutut ke lokasi semula, pemijatan di telapak kaki dilakukan agar peredaran darah mengalir lancer ke jantung, dilanjutkan dengan pemijatan daerah sekitar lutut mengarah ke jantung.
·  Cedera engkel, cedera ini ditangani melalui pemijatan pada telapak kaki, kemudian dilanjutkan ke bagian engkel secara perlahan sambil memberikan tekanan yang mengarah ke atas. Untuk mengembalikan fungsi kerja otot, persendian digerakkan kea rah berbeda.
·    Cedera memar, pemijatan berawal dari ujung kaki menuju otot bagian tubuh lain yang masih berhhubungan dengan lokasi cedera. Untuk cedera memar tidak boleh dilakukan pemijatan pada bagian yang cedera, hanya di lokasi sekitarnya.
Cara pengobatan tradisional untuk mengobati cedera olahraga sepakbola maupun sakit lain umumnya dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat di Indonesia. Keyakinan kuat manfaat pengobatan tradisional sudah dikenal secara turun temurun sebagai bagian dari budaya masyarakat lokal.
Menurut dr. Jhon kambu, seorang dokter Tim sepakbola asal Papua menyatakan bahwa beberapa pengobatan tradisional yang menggunakan metode pijatan dan ramuan tradisional, tidak bertentangan dengan ilmu kedokteran, namun harus diingat bahwa dalam memilih ahli terapis tradisional hendaknya selektif dan hati-hati, karena apabila terjadi kesalahan maka akibatnya akan fatal yang dapat mengakibatkan pemain sepakbola itu tidak dapat bermain kembali atau pensiun.

Jenis-jenis cedera

·  Keseleo (Sprains), adalah jenis yang paling umum dari cedera sepak bola, pengobatan paling baik untuk cedera ini yaitu dengan metode "RICE" (Rest, Ice, Compression, Elevate)

·    Patah Tulang (Fraktur account), merupakan seperempat dari semua cedera sepakbola yang serius (Cedera yang membutuhkan perawatan Rumah Sakit), Contohnya:  patah tulang termasuk jari, pergelangan tangan, dan kaki.

·   Ujung Kaki (Turf toe), adalah cedera pada pangkal jempol kaki. Cedera ini sering disebabkan karena berlari atau melompat pada permukaan yang keras seperti rumput sintetis.

·  Tendon (Achilles tendonitis), adalah kondisi yang menyakitkan dari tendon di bagian belakang pergelangan kaki. Terlambat dalam pengobatan, maka dapat menyebabkan peningkatan resiko tendon achilles pecah.

·  Pergelangan kaki (Ankle), keseleo pergelangan kaki adalah cedera umum yang dialami pemain sepakbola profesional. Semakin cepat cedera ini (Cedera ligamen pergelangan kaki) diketahui dan diobati, maka semain cepat pula pemulihannya.

·   Ligamen (ACL tear),Anterior Cruciate Ligament atau lebih kita kenal dengan cedera ACL merupakan cedera lutut. Sering menimpa pemain sepakbola, cedera ini dapat membuat pemain berada di pinggir lapangan selama berbulan-bulan atau lebih.

·  Tulang rawan (Torn), cairan yang timbul di lutut terjadi ketika meniskus mengalami luka. Meniskus di lutut adalah dua buah lingkaran tulang rawan yang memiliki dua bantal dan mendukung lutut sendi.

·   Pinggul (Hip pointer), yang dimaksud cedera pinggul adalah bahwa ada memar di tulang, atau mungkin patah tulang dari Pelvis.

·  Gegar otak (Concussions)disebabkan oleh benturan keras di kepala, cedera ini dapat menyebabkan penurunan beberapa tingkat dari fungsi otak. Gejala gegar otak mungkin termasuk kebingungan, masalah memori jangka pendek, dan kehilangan kesadaran.

·   Luka (Spine), jarang terjadi tapi sangat terlihat karena luka ini berada di luar tubuh, terjadi ketika pemain berbentusan dan bergesekan dengan pemain lawan atau bahkan dengan perangkat permainan seperti sepatu, rumput lapangan, tiang gawang, dan lain sebagainya.

 

Cedera yang paling sering menimpa pesepakbola

1.    Hamstring
Hamstring sendiri terdiri dari 4 otot, yaitusemitendinou;, semimebranosu;, biceps femoris caput lognu; dan caput breve. Jika salah satu dari 4 otot ini mengalami strain, yaitu ketegangan yang mulai dari hanya tertarik ringan sampai putus (biasanya pemain mendengar bunyi 'tuk' apabila salah satu ototnya putus). Cedera ini terjadi otot tersebut harus melakukan gerakan secara eksplosif/tiba-tiba seperti sprint. Penyebab lain yaitu otot yang sudah lelah namun tetap dipaksa untuk bekerja. Karena otot selalu berkontraksi, kadar asam menjadi sangat tinggi sehingga bila tiba-tiba melakukan gerakan eksplosif, otot tersebut terkejut dan tidak siap menerima tekanan.
Jika mengalami hamstring tingkat 1 (ringan) pemain tidak bisa bermain selama 2 pekan, untuk tingkat 2 mesti absen sekitar 3-4 minggu, hingga tingkat 3 (putus) yang harus absen 6-8 pekan. Waktu rehat/istirahat ini harus ditaati dengan tepat karena jika proses penyembuhan ini tidak utuh maka cedera bisa berdampak panjang dan menjadi kronis.
Otot Hamstring merupakan otot yang terletak di bagian belakang paha. Kita seringkali mengalami cedera pada otot ini, terutama bagi mereka yang sering berolah raga. Gangguan tersebut dapat berupa robekan atau regangan otot. Pada cedera yang ringan, biasanya hanya mengalami perasaan seperti tertekan pada paha bagian belakang, pada cedera yang berat akan mengalami nyeri yang hebat hingga tidak dapat berjalan. Cedera hamstring didiagnosis berdasarkan pada: Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang seperti MRI
Jika seseorang mengalami cedera otot hamstring, maka yang dapat dilakukan adalah:
- Yang paling utama adalah mengistirahatkan otot yang terlibat
- Mendinginkan dengan es daerah yang sakit, terutama pada awal-awal cedera
- Menekan daerah yang sakit dengan perban elastis
- Memakai tongkat jika timbul rasa nyeri saat berjalan
- Meregangkan dengan perlahan paha dan pinggul
- Terapi fisik
- Operasi, dilakukan jika terbukti otot mengalami robekan
Untuk mencegah terjadinya cedera hamstring, maka otot harus kuat dan lentur. Untuk itu, perlu latihan peregangan dan penguatan otot yang baik. Selain itu, sebelum melakukan olah raga, hendaknya selalu melakukan pemanasan sebelumnya dan melakukan pendinginan sesudahnya.

Contoh kasus Hamstring,
·    Puyol (Barcelona) mengalami cedera hamstring saat tim-nya sedang bertanding, menurut tim medis yang menanganinya, cedera ini terjadi karena masalah rumput stadion yang terlalu keras.
·    Esteban (Arema) mengalami cedera juga saat sedang membela tim-nya, cedera hamstring yang dialaminya juga karena kondisi rumput stadion kurang baik (lapangan yang berlubang), dan diperkirakan absen selama 4 sampai 6 minggu (sekitar 7 pertandingan).

2.    ACL (Anterior Cruciate ligament)
 Sendi lutut dibentuk dari tulang paha, tulang tibia (tulang kering pada tungkai bawah kaki) dan tulang tempurung lutut.  ACL (anterior cruciate ligament) adalah salah 1 dari 4 ligamen utama dalam sendi lutut yang menghubungkan tulang paha dengan tulang tibia. ACL merupakan ligament (jaringan ikat) di lutut yang sering sekali mengalami cedera. Sekitar 50% cedera ACL seringkali disertai dengan cedera struktur lainnya dalam sendi lutut seperti kerusakan meniskus (bantalan tulang), tulang rawan dan ligamen lainnya, hal tersebut dapat terlihat dari hasil magnetic resonance imaging (MRI).
Sebesar 70% cedera ACL terjadi melalui mekanisme non-kontak dan 30% terjadi karena mekanisme kontak langsung (terbentur) dengan orang atau benda. Jika seseorang mengalami cedera ACL, beberapa saat kemudian pasien akan merasa nyeri, bengkak dan lutut tidak stabil. Beberapa jam kemudian, bengkak akan menjadi sangat besar, gerakan lutut tidak bebas, nyeri disekitar sendi dan rasa tidak nyaman saat berjalan. Fungsi ACL adalah sebagai stabilitasi pada lutut. Tanda-tanda seseorang yang mengalami cedera pada ACL-nya keluhan lutut seperti akan keluar darinya tempatnya. Oleh sebab itu, sangat disarankan melakukan operasi jika mengalami cedera ini.
Cedera ini seringkali terjadi pada olahraga keras yang seringkali melompat dan berlari (olahraga yang ketika lari kencang tiba-tiba berhenti atau saat melompat tiba-tiba harus berputar) seperti sepakbola, futsal, tenis, badminton, bela diri, dan basket.
Cedera ini sangat berat dan menakutkan karena bisa mengakhiri karier seorang atlet. Fungsi utama ACL adalah menyetop rotasi atau perputaran lutut dan kaki, Cedera ini terjadi bila saat badan berputar atau jatuh, paha atas berputar kearah dalam dan kaki bawah berputar kearah luar. Komplikasi cedera ini adalah melekatnya salah satu ujung ACL di meniscus, ACL mengalami over stretch (meregang secara berlebihan), dan menarik meniscus itu sampai lepas dari lutut kaki. Apabila cedera ini cukup parah maka pemain tersebut terkena cedera ganda yaitu  ACL dan meniscus, jika mengalami ini tingkat pemulihannya sangat lama.
Setelah dioperasi total masa rehabilitasinya bisa mencapai 9 bulan dan harus ditaati. Pada bulan ke-6 pemain bisa mulai berlatih ringan dengan bola,  setelah 9 bulan baru pemain diijinkan berlatih di atas lapangan, ini tentu saja tergantung dari fisik pemain sendiri serta sesuai dengan statemen dari dokter yang menangani. Sebaliknya jika tidak segera diatasi, maka rasa nyeri yang timbul tidak akan hilang, orang tersebut tidak dapat beraktivitas, dan memicu terjadinya perkapuran dini.

Bagaimana cara pendiagnosaan robekan pada ACL?.
Pendiagnosa robekan ACL dapat dilakukan saat mendengar suara seperti ada yang patah dalam sendi dan sangat jelas terdengar, seketika itu juga orang tersebut akan limbung dan terjatuh, namun setelah beberapa saat kemudian dapat berjalan kembali walaupun dalam keadaan tidak seimbang, nyeri yang dirasakan membuat sendi lutut sulit digerakkan dan menimbulkan bengkak.
Robekan pada ACL mengakibatkan pembengkakan pada lutut dan rasa sakit yang teramat sangat, pada saat penyelidikan dokter anda akan mencari tanda-tanda ketidakstabilan pada lutut. Spesial test tersebut adalah dengan memberikan tekanan pada ACL dan akan menditeksi robekan ligament. MRI juga digunakan untuk memastikan robeknya ligament dan juga untuk melihat apakah ada bagian lain yang rusak. Banyak pasien dengan robekan ACL mulai merasa baikan dalam masa beberapa minggu dari tanggal kejadian, mereka akan merasakan lututnya kembali seperti normal tetapi masalah dengan ketidakstabilan mungkin masih terasa.

Bagaimana perawatannya?.
Biasa operasi robeknya ACL dinamakan Rekonstruksi ACL atau juga disebut dengan ACL Reconstruction. Perbaikan ligamen mungkin dilakukan, yaitu dengan merekonstruksi dengan menggunakan urat atau ligament yang lain untuk disambungkan pada ligament yang putus. Ada beberapa pilihan untuk melakukan operasi ACL, pilihan yang paling signifikan adalah jenis korupsi yang digunakan untuk merekonstruksi ACL robek, ada juga variasi dalam prosedur seperti rekonstruksi ACL baru “double-bundel”.

Bagaimana rehabilitasinya?.
Rehabilitasi adalah salah satu aspek yang paling penting, tapi terlalu sering diabaikan setelah rekonstruksi bedah ACL. Rehabilitasi setelah operasi ACL berfokus pada gerakan kembali dan kekuatan, dan meningkatkan stabilitas sendi untuk mencegah cedera masa depan. Disamping pedoman umum untuk pemulihan ACL, juga sangat penting untuk setiap orang mengikuti latihan rehabilitasi yang memungkinkan pada lutut seseorang. Proses yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat menjadi pedoman untuk hasil keseluruhan dari operasi, oleh sebab itu sangat penting untuk memastikan ahli terapi dan dokter anda untuk menuntun masa rehabilitasi anda.

3.    Meniscus
Meniscus adalah bantalan sendi lutut berbentuk seperti cincin dan berfungsi sebagai penahan benturan. Cedera pada struktur ini sangat sering terjadi dan sebagian besar karena olah raga. Biasanya berupa cedera saat lutut terpuntir (twisted knee) mendadak. Olah raga yang sering menyebabkan cedera menicus, antara lain sepakbola/futsal, tenis, badminton dan bola basket.
Cedera yang lumayan parah. Meniscus adalah semacam tulang putih yang membantu menstabilkan lutut saat menekuk sehjingga tidak ada pergerakan ke arah samping, Seperti yang telah dibahas di atas, cedera ini bisa terjadi bila ACL tertarik sangat keras. Berenang, bersepeda, dan menekuk lutut adalah hal yang sangat tidak disarankan, apabila meniscus dioperasi maka pemulihan bisa mencapai 3-6 bulan. Ada juga kemungkinan komplikasi meniscus, maksudnya yaitu setelah meniscus dibersihkan meniscus tidak akan tumbuh kembali, sehingga jadi gesekan secara langsung antara tulang paha dan tulang kaki bawah. Peredaran darah yang jelek pada meniscus juga menyebabkan proses penyembuhan menjadi lambat.
Gejala yang timbul sering dianggap sebagai “keseleo” biasa karena pasien masih bisa berjalan, namun keadaan akan menjadi buruk karena akan timbul gejala nyeri di sendi yang makin hebat, sehingga jalan menjadi pincang; sendi lutut sulit untuk digerakkan/ tidak dapat diluruskan/tidak dapat dilipat dan terkadang pasien merasa ada yang bergerak-gerak di dalam sendi. Diagnosis yang tepat hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan MRI.
Pengobatan dapat mulai dengan yang sederhana seperti istirahat, obat-obatan sampai pada keadaan yang parah diperlukan tindakan operasiArthroscopy. Arthroscopy adalah sebuah alat yang digunakan oleh dokter untuk melihat langsung keadaan sendi yang terganggu, karena dengan Arthroscopy dapat terlihat keadaan sendi yang terganggu yang belum pernah terlihat sebelumnya, oleh sebab itu Arthroscopy dikategorikan sebagai salah satu alat diagnostik yang canggih. Pada masa lalu Arthroscopy hanya menguntungkan pada sendi lutut tetapi sekarang ada beberapa jenis sendi lain yang dapat memperolah keuntungan tersebut, dengan Arthroscopy diagnosis pembedahan menjadi lebih akurat, didapat ketepatan treatment dan dapat melaksanakan prosedur-prosedur pembedahan, karena tindakan yang dilakukan melalui insisi kecil, biasanya dengan prosedur yang sama dan sedikit trauma di jaringan akan membantu proses penyembuhan menjadi lebih baik. Tetapi Arthroscopy bukanlah satu-satunya untuk setiap kondisi, contohnya dalam kondisi yang membutuhkan kesembuhan penuh termasuk waktu pengobatan dan rehabilitas. Diagnostik dengan Arthroscopy pada umumnya digunakan bersama dengan tindakan bedah terbuka. Bedah terbuka ini dilakukan pada sendi dengan tujuan menemukan jalan untuk melakukan eksisi (pengambilan jaringan/bagian yang rusak). Alat Arthroscopy dapat menjangkau suatu titik pembedahan dimana ahli bedah dapat melakukan beberapa prosedur yang sama seperti yang telah dilakukan pada pembedahan secara terbuka tetapi hal ini melalui insisi yang lebih kecil. Namun demikian, eksisi tetap dapat mengganggu jaringan dan menyebabkan pendarahan, pembengkakan serta rasa nyeri. Bahkan setelah diagnostic Arthroscopy tersebut masih diperlukan waktu yang agak lama untuk proses rehabilitasinya

4.    Muscle Strain
 Muscle strain bukanlah cedera yang parah, tetapi bila tidak ditangani dengan baik, strain akan berlanjut tersu menerus dan menjadi kronis, otot yang biasanya terkena terletak di betis dan paha. Overstretching bisa terjadi di otot-otot tersebut. Apabila cedera ini terjadi, stretching atau peregangan otot harus dihindari, bila tetap dilakukan justru cedera akan bertambah parah. Muscle strain termasuk cedera ringan, dalam 7 hari pemain bisa “merumput” lagi.

5.    Pattela Tendonitis
Cedera ini sering terjadi atau dirasakan setelah pemain berlatih atau beranding di lapangan yang keras. Salah dalam memilih jenis, ukuran dan bentuk sepatu juga menyebabkan rasa sakit ini, contoh: pemakaian sepatu “Pul 6” di lapangan keras. Rasa sakit biasanya terasa di bagian bawah lutut, cedera ini bisa pulih dalam 5-7 hari. Peregangan otot juga harus dihindari, salah satu faktor yang memprovokasi cedera ini adalah ketidakseimbangan antara ototquadriceps, contoh: vastus medialis lebih lemah dibandingkan vastus lateralis, ini membuat Q-angle dari pattela sehingga terjadi iritasi di lutut, akibatnya pattela tendonitis menjadi cedera yang gampang terjadi di lutut

Pengobatan:
Selain obat dan terapi, juga dapat dilakukan metode RICE (Rest, Ice, Compress, and Elevate), dengan rest/istirahat maka akan mengurangi ketegangan tendon, ice/es untuk mengurangi rasa sakit, itu juga termasuk dalam compress dan elevate. Proses penyembuhan biasanya memakan waktu 2-3 hari sampai dengan 4-6 minggu. Metode penyuntikan steroid memang cepat namun tidak baik untuk jangka panjang atlet.

Contoh kasus Pattela Tendonitis :
Hargreaves (Manchester United) mengalami cedera Patellar tendonitis(Radang pada tendon yang mengikatkan otot betis di tulang kering kakinya) yang mengharuskannya melakukan operasi di Amerika Serikat, pengobatan ini membuatnya absen di lapangan selama lebih dari 1 tahun.

Menghindari cedera untuk pesepakbola profesional
Untuk kasus pada sepak bola internasional terjadi 20 kasus (66% gagal jantung dan selebihnya adalah benturan di organ vital). Maka berkaca pada kejadian tersebut, penulis menyarankan kepada pelaku sepak bola nasional untuk menerapkan safety guna menghindari terjadinya cedera pada olahraga. Mengingat kompetisi di Indonesia yang jadwalnya sangat padat dapat memengaruhi recovery pulih asal jantung dan otot pemain. Hai ini menuntut keterbukaan antara klub dan pemain agar prestasi tercapai maksimal dan pemain tetap berada dalam kondisi prima. Adapun langkah yang harus ditempuh sebagai berikut: (Di luar general medical checkuppada masa periodesasi),
1.    Menjelang pertandingan dan pagi hari sebelum pertandingan berlangsung diadakan pemeriksaan denyut nadi istirahat (rest heart rate) 50–70 detak/menit. Angka ini menunjukkan bahwa pemain dalam kondisi fisik dan kesehatan yang stabil dan siap bermain untuk 2 x 45 menit. Bila RHR berada di atas angka tersebut (50–70 detak/menit), misalnya 80–100, ini wajib dikonsultasikan kepada dokter tim apakah pemain tersebut siap bermain untuk 2 x 45 menit terlebih bila yang bersangkutan mengalami kenaikan suhu tubuh dan demam.
2.    Saat istirahat pertandingan babak pertama, pemain harus menjalani pemeriksaan maksimum heart rate (MHR), terutama pada pemain yang terakhir melakukan gerakan berlari/aktif. Apabila MHR pemain tersebut berada pada kisaran 130–150 detak/menit, artinya pemain tersebut masih mampu bermain pada 45 menit babak kedua dengan intensitas tinggi, apabila MHR-nya berada di kisaran lebih dari 150 detak/menit, maka yang bersangkutan harus diobservasi pada babak kedua untuk menghindari kelelahan berlebihan yang bisa berakibat pada terjadinya cedera berat langsung ataupun tidak langsung, terutama yang berkaitan dengan kerja jantung.
Dalam menjalankan program latihan fisik pun, pemain harus dilengkapi alat pemeriksa detak jantung. Tujuannya agar sasaran komponen fisik yang dilatih tercapai sesuai dengan rumus training zone (220–usia) untuk menghindari overtraining. 

Menghindari cedera untuk pesepakbola amatir/pemula/hobby
Untuk menghindari cedera otot bagi pesepakbola amatir atau pemain futsal, di sini perlu diingat bahwa penting untuk melakukan pemanasan, peregangan sebelum permainan dan juga pendinginan setelah permainan.
Pemanasan khususnya pada daerah kaki sebelum melakukan latihan yang berat dapat membantu mencegah terjadinya cedera. Gerakan ringan selama 3-10 menit akan menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap cedera.
Pendinginan adalah mengurangi latihan secara bertahap sebelum latihan dihentikan. Misalnya dengan lari-lari kecil. Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala. Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot.
Latihan peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan bekerja lebih baik. Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan, hendaknya peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.

Cedera yang sering menimpa pesepakbola amatir / pemain futsal
Untuk pemain futsal yang baru mulai, sering mengalami cedera karena kurangnya pemanasan. Salah satunya adalah “Plantar fascitis”, Plantar fascitis adalah pembengkakan dengan rasa nyeri karena adanya suatu robekan kecil pada otot plantar fascia yang terjadi karena penggunaan berlebihan atau tarikan berulang plantar fascia. Keadaan ini menyebabkan rasa nyeri di bawah telapak kaki bagian belakang dekat tumit, dan ini disebabkan karena gerakan berulang-ulang yang menyebabkan regangan tiba-tiba. Selain kurangnya pemanasan juga disebabkan berlari di lapangan yang keras seperti lapangan futsal.
Cedera kedua yang mungkin terjadi adalah “tendenitis achiles”. Gejala yang dirasakan adalah rasa nyeri pada urat daging yang membentang dari otot betis ke tumit terutama pada pagi hari. Tendinitis Achiles disebabkan oleh karena penggunaan berlebihan pada otot kaki, permukaan lapangan yang keras, sepatu yang tak tepat (terlalu sempit), sudah lama tak latihan fisik dan penyakit rematik.
Cedera ketiga adalah “strain” atau “pegal-pegal”. Mulai dari yang ringan hingga yang berat, cedera ini disebabkan karena latihan/gerakan berlebihan pada otot tertentu.
Pada futsal sama seperti pada olah raga sepak bola, seringkali sewaktu pemain sedang menendang bola, pemain lawan juga ingin menendang bola sehingga gerakan kaki yang sudah diukur bisa lebih dari yang diharapkan karena benturan kaki lawan sehingga bisa menimbulkan yang namanyaoverstreching. Kondisi lapangan yang licin juga dapat menyebabkanoverstretching (terlalu meregang) karena terpeleset
Cedera yang agak berat adalah “ankle sprain”, cedera ini bisa terjadi karena “tekelan” dari lawan main atau sewaktu pemain ingin menendang bola tetapi kurang menaikkan kakinya sehingga sisi luar telapak kaki “menyeret” lantai lapangan, masyarakat awam menyebut cedera ini sebagai “sakit engkel”. Gejalanya bisa ringan maupun berat, mulai dari rasa sakit sewaktu berjalan hingga pembengkakan.

Contoh gambar cedera berat yang terjadi di dunia sepakbola:
Di tahun 2000, striker Luc Nilis (Aston Villa) mengalami patah tulang setelah bertabrakan  dengan penjaga gawang Richard Wright (Ipswich) dan peristiwa ini membuatnya harus pension dari sepakbola setelah hanya 3 kali membela The Villans.



Striker Djibril Cisse (Liverpool/Prancis) pernah mengalami 2 kejadian patah tulang di kedua kakinya, pertama saat membela klub-ya di tahun 2004, dan yang ke-2 disaat negaranya berhadapan dengan China di Piala Dunia.

No comments:

Post a Comment