Memasuki era sepakbola modern, banyak perubahan signifikan dalam konteks permainan sepakbola. Misalnya saja pergerakan pemain, jika dahulu seorang winger kanan/kiri hanya bergerak menyisir sisi kiri/kanan pertahanan lawan, kini bisa saling bertukar posisi. Lalu, jika dahulu seorang winger hanya melakukan crossing diagonal ke kotak penalti lawan, kini seorang winger bisa melakukan pergerakan menusuk ke kotak penalti lawan, sehingga sekarang posisi pemain sayap berevolusi menjadi gelandang serang. Tak jarang gelandang serang dijadikan sebagai seorang playmaker, terkadang juga mengisi posisi second striker. Banyak pemain bertipikal seperti ini, ada David Silva, Samir Nasri, Andrey Arshavin, Yossi Benayoun, Lionel Messi, Mesut Oezil, dll. Indonesia pun tak ketinggalan, era 80-an kita mengenal seorang Rully Nere, kemudian era 90-an kita mempunyai seorang Fahri Husaini.
Bukan hanya pergerakan pemain yg berevolusi, memasuki sepakbola modern, formasi suatu tim juga mengalami perubahan. Saat ini formasi 4-2-3-1 amat digandrungi pelatih-pelatih di dunia, menyusul kesuksesan Spanyol di World Cup 2010, serta penampilan fenomenal Jerman di ajang yg sama.
Formasi 4-2-3-1 sendiri sebetulnya merupakan jawaban dari kebutuhan sepakbola modern yg menginginkan sebuah permainan cantik namun sederhana, serta keseimbangan antara bertahan dan menyerang.Penerapan formasi ini sebetulnya simpel saja. Pemain belakang yg terdiri dari 4 orang, 2 center back fokus menjaga pertahanan, saat terjadi set piece yg menguntungkan tim, salah satu pemain bisa maju mendukung, 1 lagi fokus menjaga pertahanan. Kemudian, 2 full back bertugas membantu pertahanan, serta menopang serangan lewat sisi sayap.
Inilah titik sentral dlm penerapan formasi ini, yakni 2 gelandang yg berdiri di depan 4 bek, 1 orang gelandang biasa bertugas sebagai deep playmaker, dimana ia menjalankan peran utk mengatur tempo permainan, serta mengalirkan bola ( kalo kata komentator ISL pengangkut air ) dari belakang depan, sementara 1 gelandang lagi bertugas memutus aliran bola lawan. Selanjutnya, didepan 2 gelandang bertahan ada 3 gelandang serang yg terdiri dari 2 winger, dan 1 trequatista. Kedua winger ini bertugas melakukan serangan dgn menyisir sisi sayap, kemudian melepaskan sebuah umpan silang ,ataupun menusuk ke dalam kotak penalti lawan. Sementara trequatista berfungsi mengobrak-abrik pertahanan lawan agar lawan bisa kehilangan fokus menjaga pergerakan striker. Ada 3 tipikal trequatista, yakni passer, dribble, dan positioning. Tipikal passer dimiliki pemain seperti Oezil, Pirlo, Fabregas, Ganso, Kaka, Silva, Mata dll. Tipikal dribble biasanya diisi pemain-pemain Amerika Latin, mengingat skill mereka cukup mumpuni dlm menggiring bola, ada Robinho, Ronaldinho,
Diego Ribas, dll. Sementara tipikal positioning dimiliki oleh Kevin-Prince Boateng.
Sementara itu, 1 orang penyerang bertugas menjadi ujung tombak, menunggu aliran bola dari lini tengah. Terkadang ada pula striker yg bukan hanya bagus sebagai finisher, tetapi juga bagus sebagai dribbler, seperti Luis Suarez, sehingga terkadang berperan pula sebagai seorang trequatista.
Selain 4-2-3-1, ada pula bermacam variasi dari 4-5-1, ada 4-1-4-1, 4-3-2-1, serta 4-4-1-1. Formasi 4-1-4-1 tak jauh beda dengan 4-2-3-1, hanya saja, deep playmaker lebih bebas menyerang, sehingga ada 2 orang trequatista yg menyokong pergerakan striker, dan menyisakan 1 orang gelandang bertahan yg fokus membantu lini belakang, dan memutus aliran bola lawan.
Varian 4-3-2-1 lebih mengandalkan bertahan. Ada 3 orang gelandang, 1 orang deep playmaker, dan 2 orang gelandang bertahan, salah satu dari 2 orang tersebut khusus bermain sebagai gelandang perusak, bukan hanya memutus aliran bola lawan, tetapi juga merusak serangan yg dilakukan tim lawan, sehingga serangan tim lawan mentok di lini tengah. Real Madrid adalah tim yg pernah menggunakan formasi ini, dan sukses mengantarkan mereka sebagai kampiun Copa del Rey 2010/2011.
Nah, kalo 4-4-1-1 sendiri sebetulnya ‘anak’ dari hasil ‘perkawinan’ 4-2-3-1 dengan 4-4-2. Konsep penggunaan seorang trequatista dibelakang striker adalah ‘gen’ dari 4-2-3-1, sementara 2 gelandang tengah yg berdiri agak sejajar dengan winger merupakan ciri khas 4-4-2. Duet gelandang tengah ini sebetulnya tak jauh beda dengan dua gelandang bertahan di 4-2-3-1, hanya saja, satu dari duo center midfielder ini lebih berperan sebagai holding midfielder, dimana ia lebih bebas membantu serangan serta mengeksploitasi lini tengah tim, seperti peran dari Luka Modric. Tottenham Hotspurs sukses menerapkan formasi ini, dimana Rafael Van der Vaart cukup apik dalam menjalankan perannya sebagai trequatista.
Sekian penjelasan yg dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi yg membacanya.
Salam Revolusi!
No comments:
Post a Comment